BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio
Foliorum). Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku
batang (nodus). Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang
sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, seperti pada bambu
(Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua rumput pada umumnya.
Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun. Untuk
mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih
dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada suatu buku-buku batang.
Dinamakan dengan folia sparsa (tersebar).
Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya hal-hal
yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap
mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran
dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah
suatu titik pada lingkaran itu, maka Ketika kita menjadikan satu titik (tempat
duduk daun) sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang
ada diatasnya dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai
pada garis vertikal di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini
akan terus berulang kembali, walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai
titik tolak.
Perbandingan antara banyaknya garis spiral antara
banyaknya kali garis spiral melingkari batang dengan jumlah daun yang melewati
selama sekian kali melingkar batang.
1.2 Tujuan
Mahasiswa
diharapkan mampu untuk :
1.
Mahasiswa
diharapkan mampu untuk memahami karakteristik tentang duduk daun atau tata
letak daun pada batang.
2.
Mahasiswa
diharapkan mampu untuk mengambarkan skema dari garis fibonannci
3.
Mahasiswa
diharapkan mampu menghitung umur dari suatu tanaman tersebut, yang berdasarkan dari
garis fibonannci.
1.3 Manfaat
a. Mengetahui
karakteristik duduk daun atau tata letak daun.
b. Mengidentifikasi umur tanaman
c. Mengidentifikasi siklus hidup tanaman
BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu
2.1.1 Tempat
Acara
pelaksanaan praktikum menghitung duduk daun atau tata letak daun di laksanakan
di labor aturium botani Politeknik Negeri Jember.
2.1.2 Waktu
Acara
pelaksaan praktikum morfologi tanaman ( batang ) di laksanakan pada hari Kamis
tanggal 27 Oktober 2011
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1. Pensil / Pena.
2. Pengaris.
3.
Kertas HVS/ A4
2.2.2 Bahan
1. Tanaman Kakao
2. Tanaman Lada
3. Tanaman Jarak pagar
4. Tanaman Mangga
5. Tanaman Kamboja
6.
Tanaman Nangka
7.
Tanaman Sirsak
Etc
2.3 Prosedur Kerja
1.
Mengamati arah tumbuh daun dari tiap batang yang telah ditentukan.
2.
Mengidentifikasi letak tata daun atau duduk daun dari tiap batang.
3. Menggambar rumus daun pada masing-masing tanaman
yang telah di tentukan
4.
Menentukan tata letak daun
5.
Membuat laporan dari hasil praktikum
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Praktikum
NO
|
Nama
Indonesia, Nama Daerah, Nama latin, Gambar
|
Kelas
Tanaman
|
Rumus
|
Gambar
Rumus
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.2
Pembahasan
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya
terdapat pada batang dan cabang. Ada pula kalanya daun-daun suatu tumbuhan
berjejal-jejal pada suatu bagian batang atau ujung batang.
Umumnya daun pada batang terpisah-pisah
dengan satu titik ( tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan kita bergerak
mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang diatasnya
dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya. Pada suatu saat kita
akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertical di atas
daun pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak, dan sementara itu kita
berputar mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang tadi. Pada
perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegak lurus diatas pangkal
tolak, telah kita lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang demikian
itu akan selalu berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai
titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada cirri-ciri khas yang
bersifat keteraturan.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus
dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah
daun yang dilewati selama itu adalah b. maka perbandingan kedua bilangan tadi
akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan rumus
daun atau divergensi.
Untuk
mencapai dua daun yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b
daun, berarti pada batang terdapat pula sejumlah b garis-garis tegak lurus
(garis vertical) yang dinamakan ortistik.
Garis spiral yang kita ikuti melingkar batang merupakan suatu garis yang
menghubungkan daun0daun berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut
uruta-urutan tua mudanya. Garis spiral ini, dinamakan spiral genetic. Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan jarak
sudut antara dua daun berturut-turut. Jika diproyeksikan pada batang datar.
Jarak sudut antara dua daun berturut-turutpun tetap dan besarnya adalah a/b x
besarnya lingkaran = a/b x 3600, yang disebut sudut divergensi.
Jika kita memeriksa berbagai jenis
tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, akan ternyata, bahwa pecahan a/b
dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dst. Dari
derettan angka pecahan tersebut, dapat memperlihatkan sifat sberikut :
- Tiap
suku dibelakang suku kedua jadi suku ketiga, dst. Merupakan suatu pecahan yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlahkan kedua pembilang dua suku yang
ada di depannya. Demikian pula penyebutnya, yang merupakan hasil penjumlahan
kedua penyebut dua suku yang didepannya tadi. Atau,
- Tiap
suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang didepannya. Sedang penyebutnya adalah
jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Deretan
rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik ini
menurut nama yang menemukannya dinamakan deret
Fibonannci.
Untuk memberikan penjelasan mengenai tata
letak daun pada batang tanaman, dapat di tempuh dua jalan :
a. Membuat
bagan atau skema letaknya daun
b. Membuat
diagramnya.
a. Bagan
tata letak daun
Untuk keperluan ini
batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur
ortostik-ortostiknya, demikian pula buku-buku batangnya. Jika yang digambarkan
tata letak daun menurut rumus 2/5 misalnya. Kita harus menggambar terlebih
dahulu 5 ortostiknya dan seterusnya daun-daun pada buku-bukunya yang jaraknya satu sama lain sejauh 2/5 lingkaran.
Setelah garis spiral genetic melingkari batang sampai dua kali akan melewati 5
daun selama melingkar dua kali tadi. Dan pada bagian itu akan terlihat bahwa
daun no. 1, 6, 11, dst, akan terletak pada ortostik yang sama.untuk
memperlihatkan itu perlu semua daun diberi nomer urut sepanjang spiral
genetiknya.
b. Diagram
tata letak daun atau diagram daun
Untuk
membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang
memanjang. Dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran –lingkaran yang
sempurna. Jika diproyeksikan pada suatu bidang datar, maka buku-buku batang
akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak batang akan
merupakan titik pusat semua lingkaran tadi. Ortostiknya akan merupakan
jari-jari lingkaran itu. Kalau sebagai contoh diambil letak daun menurut rumus
2/5, maka untuk memperlihatkan daun yang duduk pada satu ortostik
sekurang-kurangnya harus dibuat 6 lingkaran yang konsentris. Dan kelima
ortostiknya akan membagi lingkaran-lingkaran tadi dalam 5 sektor yang sama
besarnya. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan
daunnya seperti pada pembuatan bagan tadi dan diberi nomer urut.
Dalam
hal ini perlu diperlihatkan bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran.
Jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik, spiral genetiknya dalam diagram
daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin ke atas di
gambar semakin sempit.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Deretan rumus-rumus daun yang
memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik ini menurut nama yang
menemukannya dinamakan deret Fibonannci.
Pada
berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang
kelihatan daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal. Yaitu jika ruas-ruas
batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi,
dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya.