Selasa, 02 Juli 2013

botani

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum). Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku batang (nodus). Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, seperti pada bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua rumput pada umumnya. Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun. Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada suatu buku-buku batang.
Dinamakan dengan  folia sparsa (tersebar). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun) sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada diatasnya dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang kembali, walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.
Perbandingan antara banyaknya garis spiral antara banyaknya kali garis spiral melingkari batang dengan jumlah daun yang melewati selama sekian kali melingkar batang.



1.2  Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1.      Mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami karakteristik tentang duduk daun atau tata letak daun pada batang.
2.      Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengambarkan skema dari garis fibonannci
3.      Mahasiswa diharapkan mampu menghitung umur dari suatu tanaman tersebut, yang berdasarkan dari garis fibonannci.
1.3 Manfaat
a.        Mengetahui karakteristik duduk daun atau tata letak daun.
b.       Mengidentifikasi umur tanaman
c.        Mengidentifikasi siklus hidup tanaman


BAB II
METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu
2.1.1 Tempat
Acara pelaksanaan praktikum menghitung duduk daun atau tata letak daun di laksanakan di labor aturium botani Politeknik Negeri Jember.
2.1.2 Waktu
Acara pelaksaan praktikum morfologi tanaman ( batang ) di laksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Oktober 2011

2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1. Pensil / Pena.
2. Pengaris.
3. Kertas HVS/ A4
2.2.2 Bahan
1. Tanaman Kakao
2. Tanaman Lada
3. Tanaman Jarak pagar
4. Tanaman Mangga
5. Tanaman Kamboja
6. Tanaman Nangka
7. Tanaman Sirsak
      Etc

2.3 Prosedur Kerja
      1. Mengamati arah tumbuh daun dari tiap batang yang telah ditentukan.
2. Mengidentifikasi letak tata daun atau duduk daun dari tiap batang.
3. Menggambar rumus daun pada masing-masing tanaman yang telah di tentukan
4. Menentukan tata letak daun
5. Membuat laporan dari hasil praktikum

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktikum
NO
Nama Indonesia, Nama Daerah, Nama latin, Gambar
Kelas Tanaman
Rumus
Gambar Rumus


































































































































3.2 Pembahasan
      Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang. Ada pula kalanya daun-daun suatu tumbuhan berjejal-jejal pada suatu bagian batang atau ujung batang.
      Umumnya daun pada batang terpisah-pisah dengan satu titik ( tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan kita bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang diatasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya. Pada suatu saat kita akan sampai pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertical di atas daun pertama yang kita pakai sebagai pangkal tolak, dan sementara itu kita berputar mengikuti suatu garis spiral yang melingkari batang tadi. Pada perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegak lurus diatas pangkal tolak, telah kita lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang demikian itu akan selalu berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi mengenai tata letak daun jelas ada cirri-ciri khas yang bersifat keteraturan.
      Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b. maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan rumus daun atau divergensi.
      Untuk mencapai dua daun yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat pula sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertical) yang dinamakan ortistik. Garis spiral yang kita ikuti melingkar batang merupakan suatu garis yang menghubungkan daun0daun berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut uruta-urutan tua mudanya. Garis spiral ini, dinamakan spiral genetic. Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan jarak sudut antara dua daun berturut-turut. Jika diproyeksikan pada batang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turutpun tetap dan besarnya adalah a/b x besarnya lingkaran = a/b x 3600, yang disebut sudut divergensi.
      Jika kita memeriksa berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, akan ternyata, bahwa pecahan a/b dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dst. Dari derettan angka pecahan tersebut, dapat memperlihatkan sifat sberikut :
-    Tiap suku dibelakang suku kedua jadi suku ketiga, dst. Merupakan suatu pecahan yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlahkan kedua pembilang dua suku yang ada di depannya. Demikian pula penyebutnya, yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut dua suku yang didepannya tadi. Atau,
-    Tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang didepannya. Sedang penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik ini menurut nama yang menemukannya dinamakan deret Fibonannci.
      Untuk memberikan penjelasan mengenai tata letak daun pada batang tanaman, dapat di tempuh dua jalan :
a.       Membuat bagan atau skema letaknya daun
b.      Membuat diagramnya.

a.       Bagan tata letak daun
Untuk keperluan ini batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula buku-buku batangnya. Jika yang digambarkan tata letak daun menurut rumus 2/5 misalnya. Kita harus menggambar terlebih dahulu 5 ortostiknya dan seterusnya daun-daun pada buku-bukunya yang  jaraknya satu sama lain sejauh 2/5 lingkaran. Setelah garis spiral genetic melingkari batang sampai dua kali akan melewati 5 daun selama melingkar dua kali tadi. Dan pada bagian itu akan terlihat bahwa daun no. 1, 6, 11, dst, akan terletak pada ortostik yang sama.untuk memperlihatkan itu perlu semua daun diberi nomer urut sepanjang spiral genetiknya.

b.      Diagram tata letak daun atau diagram daun
Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang. Dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran –lingkaran yang sempurna. Jika diproyeksikan pada suatu bidang datar, maka buku-buku batang akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak batang akan merupakan titik pusat semua lingkaran tadi. Ortostiknya akan merupakan jari-jari lingkaran itu. Kalau sebagai contoh diambil letak daun menurut rumus 2/5, maka untuk memperlihatkan daun yang duduk pada satu ortostik sekurang-kurangnya harus dibuat 6 lingkaran yang konsentris. Dan kelima ortostiknya akan membagi lingkaran-lingkaran tadi dalam 5 sektor yang sama besarnya. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya seperti pada pembuatan bagan tadi dan diberi nomer urut.
Dalam hal ini perlu diperlihatkan bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran. Jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik, spiral genetiknya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin ke atas di gambar semakin sempit.




BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
      Deretan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik ini menurut nama yang menemukannya dinamakan deret Fibonannci.
            Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang kelihatan daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal. Yaitu jika ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya.